Pendapatan Warga dari Pariwisata di Kota Magelang Jadi Prioritas Utama RPJMN 2020-2024
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG – Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sektor pariwisata akan menitikberatkan terhadap target pendapatan masyarakat dari pariwisata. Hal ini jauh berbeda dengan konsep RPJMN 2015-2020 yang lebih memprioritaskan soal banyaknya wisatawan yang datang. Perubahan paradigma itu diungkapkan Deputi III Bidang Koordinasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Ridwan Djamaludin dalam Rapat Koordinasi Destinasi Super Prioritas Borobudur (Joglosemar) oleh Badan Otorita Borobudur (BOB) di Grand Artos Hotel Magelang, Kamis (6/2). \"Sekarang tekanan kita bukan lagi pada upaya mendatangkan wisatawan yang banyak, tapi bagaimana dampak positif dari pariwisata itu untuk masyarakat. Dengan begitu, penting adanya rakor ini untuk membahas program kepariwisataan dan identifikasi potensi yang bisa digarap bersama,\" katanya. Ia menjelaskan, destinasi wisata bukan hanya sekadar objek wisata yang bisa dikunjungi. Namun lebih dari itu yaitu perlakuan ketika para pelancong tiba di suatu daerah. Mestinya, wisatawan dapat merasa itu adalah destinasi, meski belum sampai pada objek wisatawanya, seperti Candi Borobudur. Baca Juga Ribuan Gelar Mujahadah, Bersiap Hadapi Sidang Putusan Ganti Rugi Lahan Bendungan \"Sejak turis itu turun dari pesawat di bandara sudah merasa ia tiba di destinasi. Caranya, kita sambut mereka dengan ramah dan buat senyaman mungkin selama ia berwisata. Kalau di sini ya di Jogja atau Jawa Tengah,” katanya. Senada disampaikan Dirut BOB, Indah Juanita bahwa target utama sekarang memprioritaskan kualitas kesan wisatawan. Utamanya di wilayah Joglosemar. Ia pun berkepentingan besar dalam rapat koordinasi selama dua hari bersama stakeholder ini. \"Kita bahas rencana program pengembangan kepariwisataan di Kawasan Pariwisata Borobudur. Lalu sinkronisasi program antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta mendapat masukan dari stakeholder non-pemerintah tentang kondisi lapangan dan kendalanya,” jelasnya. Ia mengaku, pihaknya juga berkeinginan agar wisatawan yang datang ke Borobudur ada keinginan berkunjung ke destinasi lainnya. Sebab, di masing-masing lokasi mereka akan menemukan pengalaman yang berbeda. \"Kalau mereka hanya mendapat pengalaman yang sama, jadi mereka tidak akan datang ke semua tempat. Dampaknya lama tinggal akan berkurang. Karena itu sinkronisasi lintas daerah juga penting agar bisa kita kembangkan bersama-sama segala potensi yang ada,” paparnya. Indah menyebutkan, saat ini pihaknya sudah menyelesaikan masterplan pengembangan wisata di lahan otorita seluas sekitar 309 hektar di Kabupaten Purworejo. Bahkan, sudah ada beberapa investor yang siap berinvestasi. \"Kalau sekarang sudah ada DeLoano Glamping, itu hanya sebagian kecil dari total 300an hektar lahan otorita. Glamping itu baru sebatas laboratorium. Ke depan akan kita bangun vila, hotel, area adventure, sentra UMKM, amphiteatre, dan fasilitas pendukung,” ungkapnya. Baca Juga Tebing Longsor, Jalur Wonosobo-Purworejo Lumpuh Pada ksempatan itu, Kepala Disporapar Jateng, Sinung N Rachmadi mengutarakan, pihaknya sudah tidak sabar untuk segera mengeksekusi apa yang menjadi program pengembangan pariwisata di Jateng. Pemerintah, katanya, tidak mau membebani lebih ke Borobudur. \"Kebijakan pengembangan pariwisata kita tidak memberi beban ke Borobudur, tapi ke sekitarnya. Hal ini agar lama tinggal wisatawan di Jateng naik yang di tahun 2020 ini kita target untuk turis asing selama 3,4 dari sebelumnya 3,1. Untuk turis dalam negeri memang masih rendah, karena aksesibilitas sekarang lebih mudah,” katanya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: